Jumat, 17 Agustus 2012

ARIEF RAHMAN HAKIM PAHLAWAN AMPERA


Tulisan ini disusun penulis untuk mempertahankan kenangan terhadap Arief Rahman Hakim - Pahlawan Ampera. Banyak pihak berusaha menghapuskan kematian Arief Rahman Hakim yang telah menjadi martir dalam sejarah bangsa Indonesia. Saat ini untuk mendapatkan foto Arief Rahman Hakim pun sudah sulit. Penulis mengharapkan tulisan ini dapat menjadi suatu catatan yang dapat dimanfaatkan oleh semua pihak dalam mengungkapkan peristiwa gugurnya Arief Rahman Hakim.

Peristiwa yang terjadi setengah abad yang lalu pada waktu mahasiswa dan pelajar berjuang menumbangkan rejim pemerintah orde lama sudah terlupakan. Nama Arief Rahman Hakim pahlawan Ampera sudah terlupakan. Banyak orang sudah tidak lagi mengenal Arief Rahman Hakim sang Pahlawan Ampera.  Saat gugurnya Arif Rahman Hakim dan beberapa pahlawan Ampera lainnya gugur sudah  terlupakan. Tahun 1965 - 1966 merupakan pada masa ekonomi yang sulit dan kejadian gugurnya Arief Rahman Hakim adalah   pada bulan Januari 1966, manakala inflasi mencapai 650%  dan terjadi pada saat Bung Karno menaikkan harga bensin empat kali lipat menjadi Rp. 1000 per liter. Harga beras semakin tak terkendali padahal Indonesia adalah negara penghasil beras.. Di Jakarta, harga beras yang semula Rp. 800 per kilogram mendadak melonjak menjadi Rp. 5000 per kilogram. Kondisi politik waktu itu sudah semakin rapuh dengan semakin tidak puasnya masyarakat terhadap bertahannya sang Proklamator sebagai Presiden RI setelah kudeta yang gagal pada tanggal 30 September 1965 dan juga dinilai gagal mengendalikan perekonomian.

Sehingga pada tanggal 10 Januari 1966, merupakan puncak atas kesabaran mahasiswa dan masyarakat sehingga mahasiswa meleteuskan aksi demonstrasi di Jakarta, sebagai sikap penentangan terhadap kenaikan harga-harga. Demonstrasi ini melahirkan Tri Tuntutan Rakyat yang kemudian dikenal sebagai Tritura. Tiga tuntutan itu meliputi: Bubarkan PKI, Retul Kabinet Dwikora dan TurunkanHarga

Tanggal 24 Februari 1966,  Presiden Soekarno bermaksud melantik menteri kabinet baru yaitu "Kabinet Seratus Menteri” yang personilnya sudah mencerminkankan ketidak berdayaan Bung karno untuk mengendalikan situasi. Salah satu anggota menteri adalah seorang militer yang dikenal sebagai tokoh pemimpin copet di Jakarta.  Kabinet yang nama resminya disebut sebagai “Kabinet Gotongroyong yang lebih disempurnakan lagi” itu ditolak kehadirannya oleh para mahasiswa, pelajar dan berbagai kelompok masyarakat yang lain. Salah satu upaya penolakan itu adalah berupa unjuk rasa pada hari itu. Mereka yang berunjuk rasa bukan hanya mahasiswa dan pelajar dari atau di Jakarta, melainkan dari mana-mana. Mereka sudah sejak subuh berbondong-bondong dan bergerombol-gerombol menuju lapangan Gambir atau Monas. Jaket warna warni yang memberikan gambaran puluhan universitas terwakili, kian lama kian ramai dan dinamis.  Warna kuning, merah, hijau, biru, orange, dan hijau memenuhi lapangan yang luasnya sekitar ratusan hektar itu. Mahasiswa dan pelajar  melakukan aksi memacetkan lalu lintas. Ban mobil-mobil dikempeskan sehingga menteri-menteri  yang akan dilantik terhambat ke istana.

Pagi itu Arief Rahman Hakim bersama-sama ribuan  demonstran mahasiswa dan pelajar   telah berada di mulut Jalan Veteran 3 atau atau dulu  di sebut jalan segara tepatnya  jalan yang menghubungkan Jalan Merdeka Utara dengan Jalan Veteran.  Di  jalan Veteran 3  ini terletak Markas Resimen Cakrabirawa yaitu pasukan pengawal khusus Presiden. Sebagaimana lazimnya demonstrasi mahasiswa, mereka berteriak-teriak dan Arief Rahman Hakim lebih banyak diam dan mengamati tingkah laku rekan-rekan demonstran yang lain.  Teriakan para demonstran  kadang-kadang disertai kata-kata ejekan yang mungkin terasa menyakitkan bagi yang menjadi sasaran. Pasukan Cakrabirawa yang bertugas berjaga-jaga tepat di seberang jalan, tidak tahan berdiam mendapatkan ejekan para demonstran. Mereka mulai mengancamkan senjata mereka kepada para demonstran. Acaman ini tidak menakutkan mereka dan ejekan serta yel-yel terus dilontarkan. Karena tidak tahan tekanan maka beberapa anggota Pasukan Cakrabirawa melakukan peringatan tembakan keatas. Keadaan ini membuat mahasiswa panik dan sebagian malah lebih menekan Pasukan Cakrabirawa sehingga beberapa dari antara anggota Pasukan Cakrabirawa mulai melakukan rentetan tembakan kearah para demonstran. Hal ini membuat para mahasiswa semakin kacau dan panik. Para demonstran panik berlarian sambil berteriak menyerukan Allahu Akbar sambung menyambung. Pada waktu itulah Arief Rahman Hakim tertembak rentetan  peluru pasukan  Cakrabirawa secara brutal sehingga roboh berlumuran darah. Segera setalah kejadian itu para demonstran dan rekan-rekan mahasiswanya belum berani menolongnya. Setelah rentetan tembakan berhenti barulah rekan-rekan mahasiswanya  berani beranjak dan melakukan evakuasi tubuh Arief Rahman Hakim  mengerang terkulai dengan Jaket Kuning  bersimbah darah. Dalam perjalanan ke rumah sakit anak muda ini gugur dan syahid sebagai seorang martir dalam perjuangan rakyat menurunkan tirani penguasa di Indonesia.

  
Hari Jumat 25 Februari 1966, ribuan penduduk kota metropolitan Jakarta mengantarkan jenazah Arief Rahman Hakim, Pahlawan Ampera, ke pemakaman Blok P Kebayoran Baru. Jenazah Arief Rahman Hakim dilepas oleh Rektor UI dari Aula UI di Salemba  menuju tempat peristirahatannya yang terakhir dengan iringan mahasiswa dan pelajar yang mengantarkannya. Meninggalnya Arief Rahman Hakim sebagai martir perjuangan mahasiswa  bersama seorang pelajar yang bernama Zubaedah  membuat demonstrasi semakin panas. Mahasiswa dan pelajar dari seluruh pelosok Indonesia bergabung dan melakukan aksi demonstrasi mahasiswa untuk menuntut pembubaran PKI dan turunnya Bung Karno. Jaket Kuning yang bersimbah darah Arief Rahman Hakim dijadikan bendera Pataka simbol perjuangan dengan diarak bergerak keliling Jakarta Pusat  untuk membangkitkan semangat rakyat menurunkan Orde Lama. 

Demonsterasi mahasiswa pada hari itu telah memberi tekanan kepada Soekarno.  Tekanan yang terjadi berhasil membuat Soeharto memaksa Presiden Soekarno untuk mengeluarkan Surat Perintah 11 Maret yang dikenal juga dengan Super Semar dan menjadi senjata untuk menjatuhkan bung Karno. Super Semar telah dijadikan legitimasi oleh Soeharto atas nama Presiden untuk membubarkan PKI dan melarang seluruh kegiatan PKI dan ormasnya sebagai partai terlarang untuk melakukan kegiatan di seluruh Indonesia.

Gugurnya Arief Rahman Hakim telah menjadikan dirinya sebagai tumbal perjuangan untuk menurunkan rejim Orde Lama yang dipimpin oleh Presiden Soekarno. Kematian Arief Rahman Hakim telah menjadikannya sebagai martir dan  simbol perjuangan bagi Angkatan Pemuda 66. Nurcholis Majid, waktu itu masih sebagai mahasiswa IAIN berseru dalam khotbah melepas jenazah Arif Rahman Hakim  bahwa “Teladan yang syahid ini membuat kita semakin teguh melanjutkan perjuangan.”

Arief Rahman Hakim dilahirkan pada tanggal 24 Februari 1943 di Padang dengan nama Ataur Rahman.. Kedua orang tua kandungnya adalah Haji Syair dan Hakimah yang merupakan pengikut taat dari sekte Islam Ahmadiyah. Pada th. 1958, Arief Rahman Hakim berhasil tamat SMP dan pindah ke Jakarta tepatnya di bilangan daerah Tanah Tinggi untuk meneruskan pelajarannya di SMA. Setelah lulus SMA, pemuda  Arief Rahman Hakim berhasil diterima masuk Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Arief Rahman Hakim adalah seorang pemuda yang riang dan sangat senang aktif dalam melakukan kegiatan organisasi kemahasiswaan dan agama.  Selain itu,  Arief Rahman Hakim juga dikenal sebagai pemuda yang pandai bergaul dan rendah hati serta senang bekerja untuk kepentingan kegiatan organisasi pemuda.

Di Jakarta, Arief Rahman Hakim sangat dekat dengan pamannya  Tn Guru  Ahmad Nurudin yang menjadi mubaligh Ahmadiyah di Lombok. Pengaruh ajaran pamannya ini sangat kuat pada dirinya yang menanamkan perlunya berkhidmat kepada bangsa, agama dan sesama manusia. Arief Rahman Hakim tidak memperdulikan pandangan bahwa Ahmadiyah dinilai oleh sebagian besar umat Islam tidak mengikuti ajaran Islam yang murni. Malah ia meyakini bahwa paham Ahmadiyah merupakan suatu pemurnian kembali kepada ajaran Islam. Hal ini telah mendorong pemuda Arief Rahman Hakim menjadi aktivis pemuda Ahmadiyah dan bergabung pada organisasi Majelis Khudamul Ahmadiyah Indonesia (MKAI)  Jakarta. Di Jakarta ia sangat aktif mengikuti kegiatan Khudamul Ahmadiyah sehingga dia akhirnya dipercaya menjadi pengurus MKAI Jakarta sebagai  Sekretaris bidang Keolahragaan.

Kegiatannya sebagai pemuda dan pengurus Khudamul Ahmadiyah Jakarta dapat dikatakan sangat aktif. Banyak hal yang dilakukannya untuk mengaktifkan kegiatan para pemuda. Dia tidak pernah lelah untuk menyelenggarakan pertandingan olah raga seperti bulutangkis, sepak bola, tenis meja dan bola volley. Untuk keperluan penyelenggaraan ini dengan penuh semangat Arief Rahman Hakim mengupayakan penyediaan dan peminjaman lapangan olah raga  serta pengadaan meja tennis meja. Namun demikian, sebagai seorang pemuda Ahmadiyah,  Arief Rahman Hakim juga belajar mendalami agama Islam dan rajin mengikuti kegiatan sholat dan ceramah di Mesjid Ahmadiyah. 

Pandangan ideologi pemuda Arief Rahman Hakim belum terbentuk mendalam.  Belum banyak yang mengetahui bahwa Arief Rahman Hakim dalam pergaulannya di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia pernah merasakan adanya kebimbangan pada dirinya untuk memilih Organisasi Himpunan Islam (HMI) atau Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI). Kebimbangannya ini pernah disampaikannya kepada seniornya di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang tergabung di HMI. Banyak hal yang menjadi pertimbangannya termasuk diantaranya adalah posisinya sebagai pengikut Ahmadiyah dan ketertarikannya pada kegiatan mahasiswa GMNI.  Sebelum Arief Rahman Hakim meninggal sesungguhnya ia hampir memutuskan untuk masuk dalam organisasi GMNI namun hal belum sempat dilakukannya karena harus gugur pada tanggal 24 Februari 1965. Tentunya hal ini sangat ironis karena kemudian para mahasiswa dan pemuda  Angkatan Pemuda 66 ini harus berhadapan dan bentrok dengan Gerakan Pemuda Marhaen yang mendukung Sukarno.

Arief Rahman Hakim berdasarkan ketetapan MPRS No. XXIX/MPRS/1966 tanggal 5 Juli 1966 ditetapkan secara menyeluruh sebagai Pahlawan Ampera. Walaupun ketetapan MPRS tersebut tidak secara tegas menyebutkan Arief Rahman Hakim adalah pahlawan Ampera  tetapi bunyi ketetapan MPRS tersebut dimaksudkan untuk menetapkan setiap korban perjuangan menegakkan dan melaksanakan Amanat Penderitaan Rakyat adalah Pahlawan Ampera. Ketetapan MPRS nampak tidak berani menyebutkan nama-nama pahlawan Ampera dan juga tidak tegas memerintahkan kepada Pemerintah untuk menetapkan siapa yang harus ditetapkan sebagai pahlawan Ampera. Beberapa pahlawan ampera gugur menjadi martir oleh pasukan rejim Orde Lama tapi beberapa lainnya juga oleh pasukan dan atas perintah rejim yang baru yaitu Orde baru. Tampaknya negara dan para politisi cenderung tidak ingin menetapkan siapa yang harus ditetapkan sebagai pahlawan ampera namun para penyelenggara kekuasaan menikmati perubahan yang dihasilkan oleh para martir dan tumbal perubahan.

Sulit dipahami tokoh politik dan paranormal  Permadi  dengan naif mengatakan bahwa tokoh Arief Rahman Hakim adalah  tokoh fiktif. Sejarah sudah tidak dapat dipungkiri oleh kita semua bahwa Arief Arief Rahman Hakim adalah martir dan simbol perjuangan untuk merobohkan rejim orde lama. Sejarah juga sudah mencatat bahwa Universitas Indonesia dan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia mencantumkan nama Arif Rahman Hakim sebagai sarjana kedokteran anumerta  dan sejarah menyaksikan serta mencatat dalam buku-buku pelepasan jenazah Arief Rahman Hakim pada tanggal 25 Februari 1966 dari Aula UI Salemba. Rakyat indonesia menyaksikan iring-iringan Jaket Kuning Berdarah pada tanggal 24 dan 25 Februari 1966 sehingga akan sangat naif kalau seorang Permadi mengatakan Arief Rahman Hakim adalah tokoh fiktif. Namun sejarah juga mencatat bahwa Permadi adalah tokoh GMNI dan seorang marhaenis pemuja Soekarno. Hal ini menjadi tampak logis karena sejarah juga mencatat upaya para pendukung Soekarno untuk meredam aksi Angkatan Pemuda 66 pada waktu itu. Tapi pernyataan Permadi menjadi ironis kembali karena Arief Rahman Hakim yang dikatakannya sebagai tokoh fiktif sebenarnya juga simpatisan dari GMNI dan hampir menjadi anggota GMNI apabila tidak gugur.

Sabtu, 13 Maret 2010

GREAT LEADER IN INDONESIA

We have to be proud to some great leaders that had built  great heritage building and infrastructure. Sailendra had built us a Borobudur and proved that we had great architect like Gunadharma. We have to be jealous to Daendels who stayed in Jawa for only three years had left us a thousand kilometers road Anyer – Panarukan. We have to know without his idea to build that road Jawa Island would not have the long road and jalan Slamet Riadi in Solo would become the longest road in Java. Raffles had inherited us a beautiful Bogor Palace and Botanical Garden in Bogor. Without Raffles Bogor would become nothing and has no interesting place to visit.


Soekarno, was our President and he is a great leader. He built us many buildings and he was scolded by short sighted people as wasting the national resources just to build glamorous projects. But he left us great Monument National, Istiqlal Mosque, Jatiluhur Dam, Senayan Sport Center, a beautiful Hotel Indonesia, Soekarno Hatta airport, Trans Sumatra Highways, Taman Impian Jaya Ancol and etc. When Soekarno build Istiqlal, he said that he wanted to build a mosque just like Borobudur which might last for thousand years! And like Sailendra had Gunadharma then Soekarno had Silaban as his architect. And the most important he wanted to build national character for Indonesian.

Ibu Tien Suharto was a great first lady too…why? She was a lady with great dreams and was also scolded by people when she built the projects. Tien Soeharto had build Taman Mini Indonesia Indah and some other project like Taman Bunga in Jakarta. What is the good of Taman Mini and Taman Bunga? That gardens have always become the great place to visit for millions Indonesian people. As for her grave she built also a famous graveyard up in the hill which called Astana - Mangadeg Gribangun Matesih – Solo. Thousand people still visit that graveyard every day. One should know how we could have a green Jagorawi highway. It was Tien Soeharto who ordered Jasa Marga to plant threes all along both side the highway. Thank to bu Tien Soeharto.

How is Soeharto? Is he a great Leader? In some way yes….at least he built many dams for the people and could stay in his position for 32 years. But he had no vision for Indonesian people and what he thought was only power.

Habibie is a stateman but not great leader and we could remember him through IPTN. Gus Dur he is surely not great leader but he is greatman and minority owed him something. Megawati she is  Soekarno’s daughter and she left us nothing …………….as to President SBY, we had waited something from him…. and he spent 10 years in his presidency for his own greatness.
 Then come Jokowi, his face not handsome and many ladies do not like his face since he is not handsome. But in three years only he works like Daendels.....If Daendels built 1.000 km roads, Jokowi builds many infrastructures ..highways, road. seaports, dams, railways...and provide welfare as well








Minggu, 15 November 2009

MANUNGGALING KAWULA GUSTI : PERTEMUAN DENGAN SYEKH SITI JENAR

Seperti biasa kalau ke Solo saya senang makan di warung-warung kecil yang makanannya enak dan menurut saya suasananya nyaman sekali. Pada malam itu setelah makan nasi liwet di daerah Keprabon saya menyempatkan diri singgah di warung wedang ronde di sudut jalan daerah Keprabon. Malam itu mungkin jam sudah menunjukan pukul 23.30 namun di daerah itu masih banyak orang yang jalan di sekitar jalan Slamet Riyadi. Saya datang ke warung itu sendirian dan memilih tempat di paling sudut warung wedang ronde itu. Tempat saya duduk tidak ada orang lain kecuali di meja seberang hanya ada sepasang muda mudi yang sedang menikmati suasana malam dengan menikmati minuman khas kota Solo itu. Entah mengapa malam itu suasana pikiran saya kosong dan seperti ingin menikmati suasana kesendirian.

Tanpa saya sadari sewaktu saya menoleh kesebelah kanan ternyata duduk disebelah saya ada seorang laki-laki separuh baya dengan pakaian sorjan lengkap dengan blangkon kuno khas Jawa jaman dahulu. Lelaki itu duduk dengan kepala menunduk dan dari samping saya dapat melihat separuh wajahnya yang menunjukkan keteduhan dan kedamaian hatinya. Saat itu saya merasakan adanya suasana sepi dan keheningan malam kota Solo yang menurut saya sangat sepi sekali sehingga suara jangkrik pun dapat terdengar. Suara kendaraan pun sudah tidak lagi terdengar kecuali gemeretak bara tungku api pedagang wedang ronde. Sewaktu saya melihat meja seberang saya masih melihat kedua muda-mudi itu namun nampaknya mereka pun sedang laruh pada suasana kediaman malam itu. Tiba-tiba saya mendengar laki-laki di sebelah saya menyapa dengan logat jawa yang kental: "Ki sanak dari mana? Tampaknya ki sanak bukan orang sini ?" Mendengar sapaan yang halus itu hati saya mendorong untuk ingin bertegur sapa dengan orang berpakaian Jawa itu : "betul pak, saya dari Jakarta dan sedang ada keperluan di kota Solo ini. Apakah bapak orang Solo?" Lelaki itu kemudian menoleh dan menatap pada saya dengan matanya yang tajam, namun kemudian saya menyadari bahwa sorot mata lelaki itu memberikan suatu keteduhan dan menunjukan sorot seorang bijaksana yang telah mengenyam pahit getirnya kehidupan dunia. "Tidak ki sanak, saya dulu tinggal di daerah pantai Parang Teritis, tetapi itu hanya singkat sekali." Laki-lagi itu kemudian menghela nafas seperti terkenang pada sesuatu namun kemudian dia melanjutkan:" Saya belum pernah ke Jakarta, saya dengar sekarang kota itu sudah sangat berubah ya?" Laki-laki itu kemudian diam dan kembali menunduk sambil meletakkan kedua tangannya diatas meja. Saya kemudian menegur laki-laki itu: " Apakah bapak ingin wedang ronde? " Laki-laki itu tetap diam sehingga saya memutuskan untuk memesan wedang ronde segelas untuknya. Kemudian ia dengan suara lirih berbisik pada saya: " Dulu pada waktu saya hidup disini, minuman ini memang merupakan kegemaran saya." Saya segera menyahut : " Kalau boleh tahu bapak sekarang tinggal dimana? " Laki-laki itu tersenyum dan kemudian menjawab :" Ki sanak tidak perlu tahu sekarang, karena nanti juga tahu. Tempat kita tinggal sekarang hanyalah sebuah ilusi yang tidak langgeng dan tidak ada artinya dibandingkan dengan tempat kita tinggal nanti." Saya segera sadar bahwa laki-laki ini ingin membawa pembicaraan kepada pembicaraan yang lebih bermakna. "Maksud bapak apa?" saya menyambung perkataanya. "Ki sanak kita hidup hanya sementara, hidup kita harus dipenuhi dengan upaya pendekatan dan pencarian kepada Sang Pencipta." Tukasnya. Sambil menyeruput wedang ronde panas, saya menyambut pernyataannya :" Mengapa demikian pak?" Laki-laki itu menatap saya seolah-olah ingin meyakinkan apakah saya tulus ingin mendengarkannya. Tetapi kemudian laki-lagi itu berkata:" Tubuh lahiriah kita ini hanya bangkai yang tiada ada artinya. Gusti Allah SWT telah memberikan kita jiwa bagi tubuh kita namun manusia seringkali tidak mengetahui bahwa jiwanya perlu diberikan makanan yang baik agar jiwa kita sehat sehingga dapat menikmati kehidupan dialam yang akan datang. Kita sering merasa diri kita hebat, gagah padahal hal itu tidak benar. Manusia itu lemah dan tidak ada artinya karena pada dasarnya manusia itu disisi Yang Maha Kuasa tidak lain hanyalah debu yang tiada artinya. Selama manusia merasa dirinya itu hebat maka dia tidak akan dapat menemukan Sang Pencipta." Lalu saya merasa hati menjadi sangat tertarik dengan pemikirannya dan menyahut:" Apakah itu yang dimaksud dengan manunggaling kawula gusti, ya pak? Tiba-tiba laki-laki itu tersenyum dan pandangannya kembali seperti mengenang sesuatu, kemudian dia menyahut: "Manunggaling kawula gusti adalah suatu proses yang memerlukan waktu dan upaya dari manusia untuk mencari hakikat dirinya sendiri. Tetapi ki sanak benar sekali."


Saya jadi teringat pada Syekh Siti Jenar yang akhir hidupnya tragis harus mati di tangan Sunan Kalijago. Kemudian saya bertanya:" Apakah bapak pernah mendengar nama Syekh Siti Jenar?" Laki-laki itu tiba-tiba tersentak dan terdiam. Kemudian laki-laki itu seperti menerawang dan setelah lama berfikir dia berkata : " Ki Sanak, apa yang di alami orang itu adalah akibat perbuatan dan kesombongan dirinya sendiri. Saya tidak menyalahkan Sunan Gunung Jati ataupun Sunan Kalijago, apalagi Sultan karena pada dasarnya dia sendri telah melakukan kesalahan. Setiap manusia akan melalui tahapan pada tingkatan akhlaknya." Wah..saya mulai merasakan laki-laki itu mulai menerawangkan pikirannya sendiri. Tapi kemudian dia melanjutkan :" Manakala manusia masih pada tahapan nafsi lawamah dia kadang-kadang masih akan melakukan kesalahan dan kesombongan. Syekh Siti Jenar juga melakukan kesalahan dalam menghadapi Sunan Kalijaga. Penyatuan diri manusia pada Sang Khalik hanya dapat terjadi pada saat pikiran dan perbuatan telah konsisten pada penyerahan dirinya dan melupakan segenap hawa nafsu duniawi. Tanpa penyerahan diri yang mutlak maka manunggaling kawula Gusti tidak akan langgeng."

Saya tambah bingung pada perkataan laki-laki itu namun seperti membaca pikiran saya dia melanjutkan: "Manusia tidak cukup hanya berbuat baik untuk dapat menemukan Tuhannya, kerbau adalah makhluk Tuhan yang tidak pernah berbuat kesalahan dan selalu baik tapi kerbau tidak akan masuk surge ki Sanak. Untuk dapat menemukan Sang Pencipta, manusia harus melakukan kebaikan dan memberikan manfaat kepada alam, kepada semua makhluk dan kepada sesame manusia. " Lalu saya menyahut: " Apakah itu saja pak? Laki-laki itu menjawab :" Belum ki sanak. Untuk bisa menyatukan diri dengan sang Pencipta manusia harus mengenali sang Khalik secara benar dan percoyo secara hakiki. Tanpa itu ndak mungkin" Apalagi pikir saya dalam hati, tapi laki-laki itu sudah meneruskan: "Kita harus eling…eling……untuk mengingat dan mendapatkan gambaran mengenai kejuitaan dan keindahan yang sempurna dari sang Pencipta. Manusia harus mengenal kebaikan dan sifat-sifat Gusti Allah. Manusia harus terus meminta dan doa pada Gusti Allah supaya diberkahi untuk mendapatkan jalan untuk menyatukan diri " Dan kemudian dia diam dengan kepala tunduk dan melanjutkan dengan dengan suara berbisik: "Ki sanak, buat apa sholat 5 waktu, puasa, bayar zakat, pergi haji kalau sampeyan masih makan riba, berkata ghibat, main perempuan, korupsi, menyembah manusia, membenci sesama makhluk dan tidak menjalankan perintah sang Pencipta. Apakah sampeyan perlu mendapatkan pengakuan manusia bahwa sampeyan manusia alim padahal kelakuan sampeyan tidak berbeda dengan perbuatan khewan? Itu namanya kepalsuan ki sanak atau munafik namanya. Tanpa penyerahan diri dan upaya perbaikan akhlak yang kuat dan terus menerus secara istikomah, manusia akan hidup percuma dan akan gagal untuk melakukan penyatuan diri dengan sang Khaliknya."

Lamat-lamat azan subuh mulai terdengar dan makin lama makin diikuti dengan azan dari mushola-mushola disekitar warung wedang ronde itu. Tiba-tiba saya tersentak oleh suara gelas-gelas beradu warung ronde karena ternyata pemilik warung sudah berkemas untuk mengakhiri jualannya. Sewaktu saya menoleh kepada lelaki berpakaian jawa itu, ternyata dia sudah tidak ada disebelah saya. "Bu bapak yang duduk disebelah saya mana? Tanya saya pada si ibu pedagan wedang ronde. Ibu itu tampak heran dan mulai memandang saya dengan aneh : " Bapak lihat siapa, ya? Dari tadi bapak kan hanya sendiri saja." Saya baru tersadar bahwa malam itu saya telah bertemu dengan orang itu lagi. Dalam benak pikiran saya terpaku bahwa orang yang jumpai malam itu adalah Syekh Siti Jenar. (Los Angeles – 08.11.20009)

Jumat, 12 Juni 2009

OBSESI SANG JENDERAL


Saya tadi malam entah kenapa merasa seorang bule datang mendekat dan duduk disamping saya. Mukanya tidak ada senyum dan matanya terlihat menyipit. Parasnya agak muram dan sedih seperti sedang banyak pikiran. Dia duduk dan termenung seraya memandang ke depan tanpa berkata-kata. Saya sadar bahwa orang ini adalah orang besar sehingga saya sungkan untuk bercakap-cakap dengannya. Dihadapan kami terbentang pantai laut Jawa yang luas tapi seperti kita ketahui sudah tidak indah lagi. Pantainya berlumpur dan dimana-mana banyak sampah yang mengambang. Pantainya rasanya sepi sekali dan saya tidak melihat seorangpun pada waktu itu. Namun demikian suara deburan ombak masih terdengar cukup indah tapi tidak ada suara apapun selain itu.Pada saat saya memperhatikan dia, tiba-tiba terdengar keluhan dari helaan nafas yang berat. Hal ini membuat saya merasa kasihan kepada orang tua ini dan tak sadar saya bertanya: "Kenapa pak? Bapak seperti sedang susah ya?" Bule tua itu tiba-tiba menoleh dan wajah sedihnya masih tetap nampak terbayang pada parasnya. Saya tanya lagi pada bule itu: "Apa sih yang Bapak risaukan?" Dan dia menjawab:"Saya sedih, nak...kenapa bangsa kita kok seperti ini." Saya jadi ingin tahu dan bertanya lagi: "Seperti ini bagaimana sih pak? Sekali lagi beliau menghela napas dan berkata:"Kalian sekarang lebih perduli pada politik tapi tidak perduli pada rakyat dan pembangunan negara. Berapa besar biaya yang kalian keluarkan buat kampanye? Padahal kalau uang yang kalian keluarkan untuk pemilu, kampanye legislatif, pilpres dan kampanye para capres digunakan untuk membangun irigasi, bendungan, jembatan, pelabuhan dan jalan raya mungkin BLT sudah tidak perlu. Coba lihat saya dulu, saya tidak punya uang tapi saya bisa bangun jalan raya 1000 km belum lagi jembatan. Sampai sekarang jalan raya yang saya bangun masih kalian gunakan!" Saya agak tergelitik juga untuk komentar:"Tapi kan sekarang ini jamannya sudah berubah pak?" Saya lihat pak tua itu agak tersenyum pahit dan sedih tapi beliau menyahut juga:"Betul nak, memang kalian sekarang ini sudah berubah...tapi seharusnya kalian tetap fokus pada kepentingan negara dan rakyat. Kalian sekarang punya banyak insinyur, alat-alat berat, kapal dan teknologi....seharusnya kalian bisa membangun negara ini lebih cepat dan tidak ketinggalan dengan negara lain........ Saya dulu cuma punya rakyat yang tidak sekolah, saya tidak punya alat-alat berat, tidak ada kereta, truk seperti yang kalian punya. Tapi karena saya punya visi bahwa saya harus memberikan sesuatu sebagai hasil karya saya pada tugas yang diberikan pada saya....maka dalam kondisi yang serba kurang saya paksakan supaya visi saya bisa terwujud."

“Hebat juga bule tua ini” pikir saya, lalu dengan santai sambil memandang laut Jawa yang agak pantainya agak coklat , saya memberi tanggapan: ” Pak, jaman sekarang kalau membangun harus tersedia anggaran. Pemerintah nggak punya uang untuk membangun pak.” Dia tampak heran mendengar jawaban saya. Sepertinya dia tidak percaya. Lalu dengan wajah serius dia menjawab: “Masa sih? Kalian mengadakan pemilu kok ada uang? Untuk membeli IT KPU kan mahal. Biaya cetak kertas untuk dicoblos kok ada? Lalu saya terangkan :” Pak itu ada anggarannya” Dia terlihat paham atas jawaban saya, terbukti dia mengangguk angguk. Tapi kemudian dia menjawab lagi: “Begitu ya? Jaman saya juga ada anggaran, nak. Tapi saya tidak dikasih anggaran, karena pemerintah waktu itu juga tidak punya uang. Nak, pembangunan itu penting. Coba lihat, …….” Sambil menarik nafas dia melanjutkan: “ kalian sudah membangun jembatan Suramadu, itu bagus. Tapi kenapa belum dibangun jembatan Pulau Jawa dan Sumatra? Kenapa yang dibangun ke Madura….dan bangunnya kok lama sekali ya? Kalau jembatan susah….bikin saja terowongan.” Saya jadi tertawa dalam hati. Tapi orang tua ini melanjutkan kembali: “Kalau kalian tidak punya uang, suruh saja orang menggali terowongan 10 meter sehari, Kalian punya alat-alat berat pasti tidak susah. Dalam 1000 hari terowongannya sudah tembus 10 kilometer.” Saya jadi tidak sabar mendengar celotehannya, dan saya potong:” Pak, anggarannya nggak ada, …tegas saya:” Bapak sih nggampangin persoalan….”Dia dengan wajah sedih dan bijaksana langsung memotong komentar saya:” Semua masalah bagi pemimpin pasti tidak ada yang gampang…tetapi harus bisa dipecahkan.” Pemimpin harus punya mimpi…mimpi itu yang sekarang kalian sebut visi, nak. Visi itu harus diwujudkan dengan segala upaya.” Saya jadi mengangguk angguk mendengar sergahannya yang serius. Tapi bule tua ini melanjutkan lagi:” Anak bilang negara kalian tidak punya uang,…tapi kenapa kalian punya banyak departemen dan ribuan pegawai negeri.” Eh, lompat lagi dia. Dan orang tua ini mulai Nampak emosi.: “Buat apa kalian punya banyak pegawai departemen yang hasil pekerjaannya nggak jelas. Gaji pegawai negeri kecil dan itu pasti nak….karena mereka juga tidak produktif. Gus Dur itu benar sekali, nak. Cuma Gus Dur kurang jeli dan kurang waktu. Harusnya waktu itu yang dibubarkan lebih banyak lagi.” Saya jadi geli, dan langsung bertanya :” Departemen mana lagi, pak? Orang tua ini mungkin sudah mulai merasa saya meremehkan dia. Tapi dengan sabar dia menjawab: “Kalian harus berani mengambil pilihan…….” Dia berhenti dan menarik nafas, lalu melanjutkan:” Departemen yang tidak perlu dan tidak produktif sebaiknya dibubarkan….pemimpin harus berani nak. Uang kalian harus digunakan untuk kegiatan dan pengeluaran produktif. Coba lihat, apakah perlu dengan teknologi dan pengetahuan seperti sekarang….pegawai negeri sampai puluhan ribu atau ratusan ribu? Lalu dia berdiri, nampaknya dia mulai menyadari pembicaraan sudah melantur jauh. Dia berjalan ke air dan pandangannya lurus kedepan, sambil berpesan: “Nak, sampaikan pesan saya pada pemimpin kalian :
“Indonesia harus membangun sarana dan prasarana. Sumatera, Kalimantan, Sulawasi, Papua, Nusa Tenggara banyak memiliki sumber daya alam. Bangun jalan raya, jembatan, pelabuhan, dan jalan kereta api. Sistem pendidikan harus dibenahi. Murid sekolah yang pinter harus dijamin mendapat pendidikan terbaik. Hukum harus ditegakkan dan dibenahi….eh satu lagi DPR harus dibubarkan.” Saya lihat bule tua itu terus berjalan diatas laut sehingga akhirnya hilang dari pandangan.

Senin, 11 Mei 2009

Khadijah r.a. (555 M – 619M) Isteri Tercinta Rasulullah SAW ( Khadija is the most loving wife of Mohammed )


Cinta Rasulullah SAW kepada Khadija r.a.

Muslim dan Muslimah mana yang tidak mengenal Khadijah r.a. isteri junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Khadijah adalah isteri tercinta Muhammad SAW. Setiap saat Rasul berbicara kepada putrinya Fatimah r.a. (the sinless and the princess of the ladies of heaven). dan mengucapkan atau menyinggung nama Khadijah r.a. yang sudah lama wafat maka mata nabi Muhammad SAW senantiasa berkaca-kaca oleh genangan air mata. Bayangkan bagaimana kecintaan Rasulullah kepada Khadijah r.a.. Wanita ini adalah figur agung yang sangat dicintai oleh Muhammad SAW. Cinta Rasulullah kepada Khadijah r.a. merupakan contoh cinta keagungan yang akan selalu dikenang oleh setiap Muslim dan Muslimah.
Kita semua tahu bahwa perbedaan usia Rasulullah SAW 15 tahun lebih muda dari Khadijah r.a.. Pada waktu menikah usia Rasulullah SAW baru 25 tahun sedangkan usia Khadijah r.a. adalah 40 tahun. Namun Nabi Muhammad tidak pernah melupakan bagaimana keindahan dan kecintaannya kepada Khadijah r.a.

Mengapa demikian besar cinta dan kenangan Rasulullah SAW kepada isterinya yang pertama itu?. Cinta yang demikian tentunya hanya dapat terjadi karena keagungan dari sosok Khadijah dan kasih sayang dan cinta yang diberikan oleh Khadijah r.a. kepada Muhammad SAW.
Pernah suatu kali Aisha r.a. dalam keadaan cemburu bertanya kepada suaminya Rasulullah SAW apakah Khadijah merupakan satu-satunya istri Rasulullah yang paling dicintai dan mendapatkan kemuliaan dari Rasulullah? Nabi SAW menjawab penuh perasaan haru dan linangan air mata : “ Ia percaya padaku manakala orang lain belum percaya padaku ; Ia menerima Islam manakala orang menolakku; dan Ia menolong dan menghiburku manakala tiada seorangpun memberikan tangan pertolongan kepadaku.”

Figur Khadijah r.a. at-Thahira (Wanita Suci)

Tentunya kita semua ingin mendapatkan gambaran mengenai sosok Khadijah yang agung dan mulia serta sangat dicintai oleh Rasulullah. Khadijah ra. adalah figur wanita yang sangat dihormati dikalangannya. Khadijah r.a. adalah seorang wanita anggun dan bijaksana serta memiliki para yang cantik serta figur badan tinggi dengan kulit yang putih bersih. Isteri Rasulullah ini merupakan wanita cerdas dan memiliki pandangan yang tajam namun bijaksana dalam perilaku, perbuatan dan dalam membuat keputusan. Wanita suci kecintaan Rasulullah ini sangat pandai dalam melakukan perniagaan dan pengelolaan usahanya. Keagungan Khadijah begitu hebatnya sehingga malaikat Jibril pun menghormatinya. Hal ini diceritakan oleh sahabat Rasulullah bahwa pada saat Khadijah masih hidup, Jibril pernah berkata kepada Rasulullah: “Ya Rasulullah, Khadijah sedang membawakan makanan untuk mu. Manakala ia datang padamu, sampaikanlah salam dari Tuhannya dan dari aku, dan sampaikanlah padanya berita baik dari istana taman permata di surga dimana tidak akan ada suara kebisingan ataupun kelelahan.”

Khadijah r.a. adalah wanita cantik dan kaya raya yang dilahirkan dari keluarga Saudagar kaya bangsa Quraisy terhormat dan mulia dari Banu Hasyim. Ayah Khadijah adalah Khuwaylid ibn Asad dan ibunya Fatimah bint Zaidah. Sebelum menikah dengan Muhammad Al-Amin, Khadijah r.a. telah menikah dua kali dan memiliki 2 anak laki-laki dan 1 anak perempuan. Suami Khadijah yang pertama yaitu Abu Halah bin Zurara at Tamimi tewas dalam peperangan antar suku di Arab. Sedangkan suami kedua yaitu Atq bin A’id telah diceraikannya. Setelah berpisah dengan suami keduanya, Khadijah r.a tidak lagi ingin menikah walaupun banyak sekali pria-pria terhormat yang ingin memperistrinya dan menawarkan harta kekayaan kepadanya. Tetapi Khadijah tidak pernah memperlihatkan minatnya dan beliau hanya ingin mengabdikan dirinya untuk membesarkan putra putrinya serta mencurahkan perhatiannya pada usaha perniagaan yang dimilikinya. Sehingga pada waktu itu, nama Khadijah r.a. sangat dikenal di Mekah sebagai seorang saudagar kaya yang terhormat dan sangat disegani dalam kegiatan perniagaan dan didalam pergaulan masyarakat Mekah dan Khadijah juga disebut sebagai “wanita suci” atau “Thahira.”

Pertemuan Khadija r.a. dengan Muhammad SAW

Pertemuannya dengan pemuda Muhammad bin Abdullah adalah karena usaha perniagaannya memerlukan tenaga pemimpin kafilah untuk melaksanakan perdagangan ke negeri Syam. Khadijah r.a. mendengar keberadaan seorang pemuda yang sangat jujur bernama Muhammad yang dijuluki Al-Amin atau orang yang sangat terpercaya. Khadijah r.a. yang cerdas dan bijaksana berpendapat bahwa kejujuran sangat penting untuk kegiatan perniagaanya. Oleh karena itu, Khadijah r.a. sangat ingin mempekerjakan Muhammad al-Amin dan melalui sanaknya Khaziman ibn Hakim beliau meminta kesediaan Muhammad untuk memimpin kafilahnya. Khadijah adalah wanita yang cerdas sehingga hanya berdasarkan informasi yang diperolehnya beliau sudah sangat yakin bahwa Muhammad adalah pemuda yang dibutuhkan dan cocok untuk memimpin Khafilahnya. Penilaian Khadijah r.a. tehadap Muhammad tidak salah. Perniagaan yang dilakukan oleh Muhammad membawakan hasil keuntungan besar yang tidak pernah dialami oleh Khadijah pada perniagaan sebelumnya.
Kinerja khafilah perniagaan yang dipimpin oleh Muhammad terus meningkat. Seluruh tindak tanduk pemimpin kafilah ini diperhatikan dengan cermat oleh Khadija r.a. Pemuda Muhammad menarik perhatian Khadijah. Laporan yang diberikan oleh Maysara pegawai Khadija r.a. membuat perhatiannya kepada Muhammad yang 15 tahun lebih muda darinya semakin tertanam mendalam. Maysara juga menceritakan pengalaman perjalanannya dengan Muhammad dimana seorang ravi Yahudi bernama Nastura memperhatikan Muhammad yang perjalanannya selalu dilindungi oleh awan. Ravi Yahudi itu menyampaikan kepada Maysara bahwa Muhammad itu adalah seorang nabi yang suci.

Khadijah r.a. jatuh cinta

Berbagai laporan dan cerita mengenai Muhammad yang disampaikan Maysara kepada Khadijah r.a. serta perbuatan dan penampilan Muhammad yang mengagumkan diperhatikannya serta membuat Khadija r.a. resah, gelisah dan tertekan. Bayangan Muhammad senantiasa menguasai benak dan fikiran Khadija r.a. sehingga beliau menampakkan kegelisahannya. Penampilan Khadijah r.a. ini menjadi perhatian dari sahabat beliau yaitu Nufaysa binti Umayya. Kelembutan Nufaysa berhasil membuat Khadijah r.a. terbuka padanya dan Khadijah r.a. mencurahkan perasaan hatinya kepada Nufaysa bahwa beliau telah mendapatkan seorang laki-laki yang sangat berharga untuk menjadi suaminya. Perasaan cintanya yang mendalam kepada Muhammad telah membuat Khadijah memberanikan dirinya untuk melawan tradisi seluruh bangsa di dunia bahwa wanita harus menunggu lamaran dari laki-laki. Disinilah kehebatan dan keberanian yang diperlihatkan oleh Khadijah r.a. untuk merubah paradigma yang berlaku bahwa seorang wanita tidak mungkin melamar seorang laki-laki untuk menjadi suaminya. Karena beliau r.a. adalah seorang wanita yang memiliki ketajaman dan keteguhan dalam bersikap, maka beliau meminta Nufaysa untuk menemui dan menyampaikan maksudnya kepada Muhammad SAW. Pemuda Muhammad menyampaikan kepada Nufaysa bahwa beliau tidak sepadan dengan Khadijah r.a. seorang wanita kaya raya yang cantik manakala beliau hanya seorang pemuda yatim piatu yang tidak memiliki kekayaan apapun. Mendengar pandangan Muhammad yang demikian Khadijah r.a. menyampaikan langsung kepada Muhammad bahwa harta kekayaan yang dimilikinya tidaklah menjadi halangan baginya karena seluruh harta kekayaan yang dimilikinya diserahkan kepada Muhammad. Bisa dibayangkan bagaimana kehebatan cinta Khadijah r.a kepada Nabi Muhammad SAW. Baginya harta dunia yang dimilikinya tidak dapat menghalanginya untuk mendapatkan kecintaan Muhammad SAW.

Sabtu, 09 Mei 2009

Maulana Rahmat Ali HAOT - Mubaligh Ahmadiyah

Saya ingin menyampaikan beberapa cerita mengenai berbagai kejadian yang diceritakan oleh orang tua-tua dan pengalaman pribadi dengan Mubaligh Jemaat Ahmadiyah. Mudah-mudahan cerita ini dapat menambah keimanan dan bermaat bagi kita semua. Dalam tulisan saya ini mungkin ada yang kurang tepat sehingga saya terbuka untuk mendapatkan koreksi.

1. Hujan dihentikan

Hampir semua Ahmadi pernah mendengar cerita mukjizat doa yang dilakukan oleh Mlv Rahmat Ali HAOT. Pada suatu masa terjada pelaksanaan diskusi antara Mlv. Rahmat Ali HAOT dengan seorang pendeta kristen Bandung. Perdebatan berlangksung sangat sengit dan seperti biasa semua argumentasi sang pendeta dapat dipatahkan oleh Mlv Rahmat Ali.
Pada saat perdebatan berlangsung tiba-tiba terjadi turun hujan yang sangat lebat. Sang pendeta yang sudah terdesak dalam perdebatan tiba-tiba mengatakan kapada Mlv. Rahmat Ali HAOT :” jika anda memang seorang yang benar maka coba tuan hentikan hujan ini.” Mlv Rahmat Ali HAOT langsung menyambut dan berkata :” baik.” Dan beliau langsung berdoa dihadapan hadirin. Setelah doa beliau lakukan tiba-tiba hujan berhenti.
Apa yang terjadi dengan sang pendeta? Pendeta tersebut tidak mengakui mukjizat doa yang diperlihatkan oleh Mlv. Rahmat Ali HAOT. Dia menganggap kejadian hujan berhenti hanyalah suat kebetulan. Memang seseorang untuk dapat menerima kebenaran diperlukan karunia dari Allah SWT.

2. Kedatangan Rizki.

Bapak saya R. Boenjamin adalah murid dari Mlv Rahmat Ali HAOT. Bapak bercerita bahwa beliau selalu rajin ke petojo untuk sholat dan bertemu dengan sang Guru Mlv Rahmat Ali HAOT yang dicintainya. Suatu saat Mlv. Rahmat Ali mengatakan kepada bapak bahwa beliau sudah lama tidak makan enak. Spontan bapak mengajak Mlv Rahmat Ali untuk jalan mencari makan di luar. Mlv. Rahmat Ali kemudian bersabda kepada bapak:” tidak, tuan duduk saja disini nanti insya Allah akan datang rizki.” Karena itu bapak kemudian duduk saja dan tidak mengerti apa yang akan terjadi. Tidak berapa lama terdengar suara seorang ibu lajnah datang dan mengucapkan salam :” Assalamualaikum.” Apa yang diucapkan oleh Mlv Rahmat Ali HAOT menjadi kenyataan. Ibu lajnah itu membawa makanan berupa masakan ayam yang lezat untuk disampaikan kepada sang guru yang dicintainya Mlv Rahmat Ali HAOT. Masya Allah.

3. Mimpi Mlv Rahmat Ali HAOT

Bapak saya pernah menceritakan suatu kejadian dimana Mlv Rahmat Ali menyatakan penyesalannya. Salah seorang murid Mlv Rahmat Ali HOAT adalah Embun Abdullah. Beliau adalah orang yang sholeh dan saya selalu sering bertemu beliau di Mesjid Balikpapan. Bapak saya menceritakan bahwa pada waktu Embun Abdullah menikah Mlv Rahmat Ali HAOT nampak kurang setuju tapi beliau tidak melarangnya. Namun demikian Mlv Rahmat Ali merasa beliau telah memperlihatkan rasa ketidak senangannya kepada isteri Embun Abdullah. Suatu saat Embun Abudullah sakit dan Mlv Rahmat Ali HOAT memperhatikan bagaimana bakti dan kesetiaan isteri Embun Abdullah. Pagi, siang dan sore isteri Embun Abdullah selalu dengan setia datang ke rumah sakit membawa masakan untuk suaminya tercinta. Hal ini tidak pernah luput dari perhatian sang Guru. Pada suatu siang isteri Embun Abdullah mengalami musibah kecelakaan yaitu dilindas Trem pada saat membawa makanan untuk suami tercinta. Kejadian ini sangat memukul Mlv. Rahmat Ali HAOT. Beliau menyampaikan kepada bapak saya bahwa beliau sangat menyesal. Mlv Rahmat Ali menyatakan bahwa beliau pernah bermimpi dan melihat isteri Embun Abdullah meninggalkan suaminya. Mlv. Rahmat Ali HOAT sangat yakin bahwa mimpinya akan menjadi kenyataan bahwa isteri Embun Abdullah akan meninggalkan suaminya. Tetapi beliau telah salah menafsirkan mimpinya bahwa isteri Embun Abdullah akan meninggalkan suaminya karena tidak setia. Hal ini telah menyebabkan Mlv Rahmat Ali HAOT menyesal dan menyatakan bahwa isteri Embun Abdullah adalah wanita yang baik dan setia serta beliau selama ini telah keliru menafsirkan.

4. Neraca Trading Company

Bapak saya R. Boenjamin pernah menceritakan mengenai Neraca Trading Company. Kisah ini tidak sebenarnya tidak begitu enak untuk diceritakan. Tetapi kisah ini merupakan kisah untuk Jemaat Indonesia yang perlu dicatat. Neraca Trading Company dibentuk oleh Mlv. Rahmat Ali dengan tujuan untuk membiayai penerbitan buku-buku Jemaat. Perusahaan ini telah berhasil menerbitkan beberapa buku karya Mlv Rahmat Ali HAOT. Dari cerita bapak saya menangkap perusahaan ini baru pada perkembangan awal sehingga belum dikelola dengan baik. Keberadaan persahaan ini menimbulkan polemic antara Mlv. Rahmat Ali HAOT dengan mubaligh-mubaligh markazi lainnya. Hampir semua mubaligh markazi menentang keberadaan Neraca Trading Company. Polemik ini berkisar pada masalah manajemen dan transparansi keuangan Neraca Trading Company. Akibat polemic ini kemudian para mubaligh markazi melakukan komunikasi kepada Hazrat Khalifah II. Kemudian diputuskan oleh Huzur ke II Mlv. Rahmat Ali HAOT ditarik kembali ke pusat. Bapak bercerita bahwa Mlv. Rahmat Ali pernah berkata:” Mereka akan menyesal.” Saya pernah bertanya siapa saja yang menentang Neraca Trading Company. Bapak menjelaskan: “ banyak hampir semua mubaligh dan termasuk diantaranya Mlv. Sayeed Shah Muhammad.” Beberapa murid Mlv. Rahmat Ali yang sering diungkapkan membantu beliau dalam penulisan buku yang diterbitkan oleh Neraca Trading Coy antara lain Raden joesoef Ahmadi, A. Bachtiar Martapoera, Raden Boenjamin, Ahmad Satiri, Moh. Yaqin Munier, dan kadang-kadang Abdoerahman, Moertolo, dan Ahmad Soepardja. Untuk dukungan upaya mencari pembiayaannya disebutkan oleh Mlv. Rahmat Ali adalah Soepardja, Joesoef, Djakaria, dan Soedarma. Beberapa nama disebutkan memberi sokongan keuangan dalam penerbitan adalah R. Goemiwa Partakoesoema, Lurah Ata dan Rasyid. Pekerjaan Pencetakan dilakukan oleh Soepardja, Djakaria dan Moh. Jaqin Munier. Nama lain yang disebutkan juga memberikan bantuan adalah Raden Kartaatmadja, Emboen Doellah, Bachroem Rangkuti, M Saleh bin Charis, Soelaiman Hasan Bisri.

5. Kecintaan Murid-murid Mlv. Rahmat Ali HAOT kepada Gurunya.

Dari Rahim Panturu saya mendengar kisah bagaimana kecintaan murid-murid beliau kepada Mlv Rahmat Ali HAOT. Rahim rekan saya itu mendengar cerita ini yang dikisahkan oleh alm Dji An Sulaiman  yaitu ayah dari Saleh Dji An dan Siddik Dji An. Menurut Rahim profesi Dji An Sulaiman adalah pemangkas rabut dan Mlv Rahmat Ali senatiasa dipotong rambunya oleh Dji An Sulaeman. Dikisahkan bahwa menjelang kepulangan Mlv Rahmat Ali HAOT ke Rabwah berita itu telah menjadi pembicaraan dikalangan Jemaat. Namun kepastian kepulangan beliau baru diperoleh setelah ada telegram dari Hazrat Khalifatul Masih ke II dari rabwah Pakistan. Dengan adanya kepastian ini salah satu dari murid beliau diataranya Satiri rekan-rekan murid beliau lainnya seperti Djia An,  Abdul Rachman, Sulaeman membuat goresan di dinding untuk mengitung hari keberangkatan sang guru yang dicintai.
Pada hari keberangkatan semua murid-murid beliau mengantar guru yang dicintai ke pelabuhan Tg Priok. Mereka mengantar hingga keatas kapal dan semua merasakan sangat berat dan gelisah melepas Mlv Rahmat Ali HAOT yang sangat dicintai para murid-muridnya. Saat pluit tanda keberangkatan berbunyi pun mereka masih belum mau berpisah dengan beliau. Hingga akhirnya pada pluit tanda keberangkatan ketiga dengan perasaan sedih dan haru tak terhingga para murid-murid ini harus turun dari kapal. Mereka terus berdiri memandang kapal yang mulai bergerak menjauh ke tepi ufuk horizon hingga akhirnya mulai hilang dari pandangan mata. Dji An almarhum bercerita pada Rahim Panturu bahwa para murid ini masih belum dapat melepas dan mereka terus berusaha untuk memandang kapal yang membawa sang guru ke tanah airnya. Mereka naik keatas gedung pelabuhan sehingga mereka masih dapat kembali melihat kapal yang ditumpangi guru. Ramai mereka memandang kapal itu sehingga kapal itu kembali menjauh dan menghilang. Setelah itu mereka kembali naik keatas atap gedung yang lebih tinggi sehingga mereka dapat kembali menatap kapal yang menajuh itu sehingga akhirnya hanya dapat terlihat kepulan asap kapal. Pada waktu kapal itu sudah tidak dapat terlihat lagi baru mereka ingin pulang dan tanpa disadari waktu telah menjadi malam.
Dari cerita ini kita dapat mengetahui bagaimana kecintaan para murid beliau kepadanya. Bagi saya cerita ini bukan mengherankan karena Bapak saya R. Boenjamin almarhum sudah terlalu sering menceritakan kecintaannya kepada gurunya yang mulia itu. Saya hingga sekarang masih dapat mengingat rasa duka dan cinta di wajah Bapak apabila bercerita mengenai Mlv Rahmat Ali HAOT.
6. Kemuliaan Jiwa Mlv. Rachmat Ali HAOT
Rahim Panturu menyampaikan kepada saya cerita mengenai pengalaman R. Moertolo SH alm., yang semasa akhir hidupnya menjabat Ketua PB Jemaat Ahmadiyah Indonesia dan pernah menjabat Jaksa Tinggi dan Jaksa Agung Muda. Cerita ini diceritakan langsung oleh R. Moertolo SH. kepada Rahim Panturu dengan penuh linangan air mata.
R. Moertolo SH  bercerita bahwa pada waktu beliau akan mengambil ujian untuk mendapat gelar sarjana hukum Mister in de Rechten, beliau memerlukan biaya yang cukup besar. Dalam keadaan yang mendesak itu beliau datang kepada sang guru Mlv Rachmat Ali HAOT  di Mesjid Jl. Balikpapan untuk meminjam uang yang diperlukannya itu. Sang Guru setelah mendengar permintaan muridnya ini meminta untuk menunggu dan beliau masuk kedalam. Setelah lama menunggu akhir Mlv Rachmat Ali HAOT keluar dan menyerahkan uang yang akan dipinjam itu kepada R Moertolo SH.
Setelah menerima uang itu, kemudian R. Moertolo diberitahu bahwa Mlv Rahmat Ali HAOT tadi keluar dari pintu belakang dan  pergi ke kawannya seorang bangsa Sheik di Pasar Baru untuk meminjam uang. R. Moertolo SH baru menyadari mengapa beliau menunggu sangat lama sekali dan rupanya Sang Guru telah berusaha menolongnya dan tidak mau memperlihatkan situasinya yang juga tidak memiliki uang kepada muridnya sehingga keluar dari jalan belakang. Pada saat yang sama R. Moertolo juga diberitahu bahwa Sang Guru sebelum bertemu dengan R. Moertolo baru saja mendapat berita dari Pakistan bahwa anak yang dicintainya meninggal dunia. Mlv. Rachmat Ali sangatlah mulia hatinya dan penuh dengan pengorbanan. Dalam keadaan duka hati yang sedih karena kehilangan putra tetapi beliau tetap berupaya untuk menolong orang lain yang membutuhkan pertolongannya. 
Menurut Rahim R. Moertolo berkali-kali bercerita hal ini kepadanya dan selalu beliau menyampaikannya dengan penuh linangan air mata. Kita doakan kepada Allah SWT untuk membalas seluruh kebaikan dan amalan Mlv Rachmat Ali HAOT kepada jemaat dan bangsa Indonesia. Ami

Jenderal Daendels Bapak Pembangunan Indonesia I

Anda harus percaya bahwa Herman Willem Daendels adalah Bapak Pembangunan Indonesia I. Kenapa? Daendels dalam waktu 3 tahun telah membangun jalan raya Anyer - Panarukan sepanjang 1000 KM di Pulau Jawa. Bayangkan tanpa ada keputusannya, Indonesia belum tentu memiliki jalan raya yang sekarang masih menjadi urat nadi perekonomian Indonesia di Pulau Jawa. Terlepas bahwa pembangunan jalan itu telah mengorbankan ribuan manusia, kita harus akui bahwa karya pembangunan Daendels bermanfaat untuk rakyat Indonesia.

Daendels membangun jalan raya ini dalam kondisi tidak punya anggaran. Tetapi sebagai seorang leader dia telah mampu menggerakkan dan mendorong bangsa Indonesia membangun jalan raya Anyer - Panarukan. Karyanya ini bukan saja merupakan karya munamental tetapi harus dipandang sebagai suatu sumbangsih kepada bangsa Indonesia.
Daendels membuat jalan ini tanpa memiliki excavator, truk, mesin giling atau mesin-mesin pembuat jalan modern seperti sekarang. Dengan keputusan politiknya dia perintahkan bangsa Indonesia untuk membangun jalan raya 1000 KM hanya menggunakan cangkul dan linggis dengan biaya hampir nol guilder. Dia tahu benar bahwa untuk pembangunan ini dia akan dikecam bukan saja oleh seluruh bangsa Indonesia selama ratusan tahun tetapi juga oleh bangsanya sendiri. Tetapi dia abaikan itu semua dan dia berkata dalam hatinya "jer basuki mawa bea." Untuk mendapatkan kemakmuran tidak bisa dengan mudah tetapi harus ada pengorbanan. Itulah yang dilakukan dan dialami oleh Daendels.

Dalam jaman modern ini seharusnya bangsa Indonesia harus bisa membuat mahakarya yang lebih hebat dari Daendels. Kita harus malu pada Daendels yang hanya dengan pacul dan linggis bisa membangun jalan raya urat nadi ekonomi Pulau Jawa. Bangsa Indonesia yang sekarang punya ribuan insiyur lulusan ITB, UGM, UI dsb dan teknologi modern sudah tersedia harus mampu membangun prasarana jalan, jembatan, terowongan lebih hebat dari Daendels. Karya Daendels bisa dibandingkan dengan pembangunan Jembatan Suramadu di Jawa Timur yang pa njangnya 5.438 meter. Jembatan ini yang seharusnya bisa dibangun dalam waktu setahun ternyata harus dibangun dalam waktu dalam waktu hampir 6 tahun dengan masa 2 pemerintahan. Bagaimana kalau kita mau bangun jembatan Jawa-Sumatera, bisa dibayangkan perlu berapa pemerintahan baru bisa terwujud?
Kalau bangsa Indonesia mau maju maka bangsa ini perlu memiliki banyak Daendels-daendels bangsa Indonesia. Daendels Indonesia ini tidak mementingkan dirinya tetapi memiliki jiwa dan dedikasi yang kuat untuk memberikan sesuatu kepada bangsanya. Daendels ini tidak perduli dengan politik ataupun pandangan orang. Daendels ini mau bekerja keras dan bersedia menghadapi tantangan dan kecaman bangsanya. Daendels ini harus memiliki visi dan keteguhan hati.